bacindul.blogspot.com

Senin, 30 Juli 2012

isi pidato malapetaka dibulan ramadhan

WASPADAI MALAPETAKA DI PERTENGAHAN RAMADHAN 1433/2012

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الحَمْدُ ِللهِ الكَبِيْرِ المُتَعّاَلِ ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ المُتْبَعِ فيِ الأَقْواَلِ وَالأَفْعاَلِ وَالأَحْوَالِ ، وَعَلَى ساَئِرِ الأَنْبِياَءِ ، وَآَلِهِ وَصَحْبِهِ التّاَبِعِيْنَ لَهُ فيِ كُلِّ حَالٍ , أَمّاَ بَعْدُ ؛

Kaum muslimin-muslimat dimana saja berada yg di muliyakan Allah. sebelumnya pangampunten admin menulis dalam CATATAN ini karena keterangan terlalu panjang. maka mari kita Coba bersama melihat/menyimak kalendar untuk tahun 2012..!!!


Waspadai jika hal itu sangat terkait dengan salah satu hadist Nabi salallahu'alaihiwasalam tentang adanya suara dahsyat yang akan terjadi pada tengah malam pertengahan Ramadhan, yaitu hari Jum'at 15 Romadhan di bumi ini. Suara dahsyat dari langit yang akan mengejutkan semua orang yang sedang tidur...

Coba simak hadits berikut ini :

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قاَلَ : قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذاَ كاَنَ صَيْحَةٌ فيِ رَمَضاَنَ فَإِنَّهُ يَكُوْنُ مَعْمَعَةٌ فيِ شَوَّالَ ، وَتَمْيِيْزُ القَباَئِلِ فيِ ذِيْ القَعْدَةِ ، وَتَسْفِكُ الدِّماَءُ فيِ ذِيْ الحِجَّةِ وَالمُحَرَّمِ وَماَ المُحَرَّمُ - يَقُوْلُهاَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ - هَيْهَاتَ هَيْهاَتَ ! يَقْتُلُ النَّاسُ فِيْهِ هَرَجاً هَرَجاًُ ، قُلْناَ وَماَ الصَّيْحَةُ ياَ رَسُوْلَ اللهِ ؟ قاَلَ : هَذِهِ فيِ النِّصْفِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الجُمْعَةِ فَتَكُوْنُ هَذِهِ تُوْقِظُ النَّائِمِ وَتُقْعِدُ القَائِمَ وَتُخْرِجُ العَوَاتِقَ مِنْ خُدُوْرِهِنَّ فيِ لَيْلَةِ جُمْعَةٍ فيِ سَنَةٍ كَثِيْرَةُ الزَّلاَزِلِ وَالبَرَدِ ، فَإِذاَ وَافَقَ شَهْرُ رَمَضاَنَ فيِ تِلْكَ السَّنَةِ لَيْلَةَ الجُمْعَةِ فَإِذاَ صَلَّيْتُمْ الفَجْرَ مِنْ يَوْمِ الجُمْعَةِ فيِ النِّصْفِ مِنْ رَمَضاَنَ فاَدْخُلُوْا بُيُوْتَكُمْ وَأَغْلِقُوْا أَبْوَابَكُمْ وَسَدُّوْا كُوْاكُمْ وَدَثِّرُوْا أَنْفُسَكُمْ وَسَدُّوْا آَذَانَكُمْ ، فَإِذاَ أَحْسَسْتُمْ بِالصَّيْحَةِ فَخَرُّوْا ِللهِ سُجَّدًا وَقُوْلُوْا: سُبْحاَنَ القُدُّوْسُ ، سُبْحاَنَ القُدُّوْسُ ، رَبَّناَ القُدُّوْسُ ، فَإِنَّهُ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ نَجاَ وَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ هَلَكَ " نُعَيْمِ ، كَ

Artinya :
Hadits ini diterima dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAw bersabda :
"Apabila ada suara dahsyat tepat di bulan Ramadhan,maka itu akan terjadi beruntun sampai di bulan Syawal-nya, banyak diantara golongan manusia lebih memisahkan diri (bergerombol) di bulan dzulhijjahnya, pertumpahan darah banyak terjadi di bulan dzulhijjah tersebut, juga semakin klimaks ketika masuk di bulan muharram, --Rasulullah SAW menyebutkan hal itu sampai berulang tiga kali--, "apa yang harus kami lakukan di bulan muharram? sayang sungguh sayang.., mereka tidak mengetahui dan apa yang yang harus dilakukan di muharram, saat itu diantara manusia banyak yang saling membunuh"

Apa suara dahsyat itu Ya Rasululkah? Sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW.
"Suara keras itu adalah mulai terjadi di pertengahan bulan Ramadhan, yang bertepatan di malam jum'at, suara dahsyat itu mengagetkan orang-orang yang sedang tidur, menjatuhkan orang yang sedang berdiri, segala benda terhempas jauh keluar dari tempatnya atau para wanita terhempas keluar dari kamar-kamarnya, malam jum'at pertengahan Ramdhan itu terjadi goncangan dahsyat dan cuaca sangat dingin.. Apabila bulan Ramadhan itu tepat di tahun itu (Jika terjadi tahun 2012 ini) Apabila kalian sedang melaksanakan shalat subuh malam jum'at di pertengahan bulan Ramadhan tersebut masukklah ke dalam rumah, kuncilah pintunya, tutuplah kepala kalian, lindungi tubuh kalian dan tutuplah telinga kalian. apabila kalian merasakan suara dahsyat, menyungkurlah sujud dan bacalah tasbih ini :

 سُبْحاَنَ القُدُّوْسُ ، سُبْحاَنَ القُدُّوْسُ ، رَبَّناَ القُدُّوسُ
subhanal-Quddus, Subhanal-Quddus, Robbanal-Quddus.Artinya :
“Maha suci Allah yang maha suci, maha suci Allah yang maha suci Wahai Rabb kami yang maha suci”

Karena sesungguhnya apabila kalian melakukan hal itu niscaya selamat, jika tidak maka tentunya akan binasa”. Jawab Rasulullah SAW (Hadist Riwayat Abu Nu'em)

Tukilan kitab Kanzul Amal ; Juz 14 hal. 570

=======================

Catatan :
Satu suara yang amat dahsyat akan kita dengar dari langit, bukan kiamat tetapi suara dahsyat yang diringi huru hara besar yang akan melenyapkan 2/3 umat manusia di atas muka bumi ini, yang tertinggal saat itu hanya 1/3 penghuni bumi saja. Menurut kajian NASA, pada 21-12-2012 satu planet yang dikenali planet X akan melintasi bumi, Adakah kita semua ini tergolong dalam 1/3 itu? Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui..

Penulisan naskah ini tidak bermaksud membuat resah kaum mauslimin dan muslimat, kami sekedar ingin mengabarkan pada apa yang kami temukan dalam hadits Rasulullah SAW dan bisa saja itu terjadi di hari itu, walau hadits tersebut tidak menjelaskan waktunya secara akurat. Kiranya hal ini dapat memacu kita semua tetap dekat dengan pengajian-pengajian sehingga dapat membina ibadah serta dapat berdo’a dengan baik dibimbing oleh guru-guru kita, terlebih bagaimana kita menghadapi sebuah peristiwa, yang pada akhirnya kita akan tetap berada dalam pertolongan Allah SWT, amien..
Read more: http://www.japarus.com/2012/04/cara-membuat-artikel-terkait-related.html#ixzz20BPSouId

KULTUM PESANTREN KILAT

KEUTAMAAN BULAN PUASA

bismillah…
Bulan Ramadhan telah tiba. Pujian syukur meluncur dari lisan para hamba di seluruh penjuru dunia. Gegap gempita manusia menghiasi cakrawala. Seakan baru saja turun rahmat yang sangat besar pada mereka. Tapi, ya memang benar, bahwa telah turun rahmat atas kita berupa bulan keberkahan, bulan Ramadhan.
Beragam acara dan suguhan yang menarik mulai digelar di sebagian besar masjid kaum muslimin, baik itu buka puasa bersama (di Jogja, istilahnya ta’jilan. Kalo di daerah lain apa ya?), tadarus Al-Quran, Sanlat (Pesantren Kilat), maupun kultum Ramadhan (subuh atau tarawih). Semua masjid berlomba memberikan suguhan aktifitas ruhiah yang sebaik mungkin bagi para jama’ahnya.
Nah, untuk kultum Ramadhan ini, seolah telah menjadi menu wajib setiap kali datang Ramadhan. Bahkan, para parpol (Islam) pun berlomba-lomba menawarkan da’i-da’inya kepada masjid-masjid (ada tujuan politiskah?). Dari sini, ada suatu permasalahn, bagaimanakah hukumnya mengadakan kultum di bulan Ramadhan, baik pada shalat tarwih maupun shalat subuh?
Berikut jawaban dari Ustadz Muhammad Umar As-Sewed terhadap pertanyaan;

Pada sebagian umat Islam, jika selesai salat tarawih, sebelum tarawih pasti ada kultum. Apa ada contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Apa itu bid’ah?
Jawab:
Namanya kultum atau nasihat, kapan saja boleh. Setelah tarawih, sebelum tarawih, sebelum salat witir. Ya, itu semua boleh. Kita memberikan nasihat ketika berkumpulnya mereka, tetapi jangan dianggap bahwa itu sesuatu yang wajib atau sesuatu yang syariat harus begitu, tidak. Tidak diperintahkan pada waktu tertentu setelah tarawih.
Tidak diperintahkan pada waktu tertentu sebelum tarawih. Tidak diperintahkan pada waktu tertentu sebelum witir. Nggak ada. Itu sekadar nasihat yang kapan saja boleh sehingga jangan sampai diyakini bahwa itu adalah sesuatu yang disyariatkan harus begitu. Kalau khawatir dikira oleh masyarakat bahwa itu adalah sesuatu yang wajib, sesuatu syariat maka sesekali diliburkan. Iya. Lho, kok nggak ada kultum? Iya, libur. Kok bisa libur? Ya, karena memang tidak diwajibkan dan tidak ada perintah harus begitu. Nggak ada. Atau diganti sesekali ba’da tarawih, sesekali sebelum tarawih, sesekali setelah shalat tarawih sebelum witir, setelah kultum baru witir. Silakan. Na’am. Wallahu ta’ala a’lam.
(Pertanyaan dibaca dan dijawab oleh Al-Ustadz Muhammad Umar Sewed di Masjid Al-I’tisham Sudirman pada kajian Etika Sunnah)
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa BOLEH memberikan kultum pada bulan Ramadhan dan ini bukan bid’ah selama tidak menganggap hal itu WAJIB. Karena tidak disyariatkan harus adanya kultum. Wallahu a’lam.
Read more: http://www.japarus.com/2012/04/cara-membuat-artikel-terkait-related.html#ixzz20BPSouId

PROPOSAL PESANTREN KILAT

BAB I 
PENDAHULUAN
 
Mukadimah 
Bismillahhirrahmaanirrahiim 
" Dan hendaklah takut kepada Allah dan rosul-Nya, orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap mereka, oleh karena itu hendaklah mengucapkan perkataan yang benar." 
(Q.S.  An-Nisaa ': 9) 
Segala puji hanya bagi Allah SWT semata , yang di tanganNya terletak segala keputusan dan segala kepastian. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah , dan juga kepada hamba-hamba Allah yang sholih. Amiin. 
Pesantren Kilat merupakan kegiatan yang tepat untuk mengisi liburan dengan sebaik-baiknya. Melalui pesantren kilat, anak akan menerima nilai-nilai keagamaan sebagai dasar pembentukan kepribadian dan moral yang akan tertanam  dalam jiwa dan sanubari. Dalam pesantren kilat ini akan dipelajari aspek-aspek kebersamaan, kepemimpinan, dan kemasyarakatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pesantren kilat, seorang anak akan mengisi liburannya dengan hal-hal yang bermanfaat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bapak Presiden Soeharto bahwa pelaksanaan kegiatan semacam pesantren kilat perlu ditingkatkan frekuensi dan  kualitasnya. 
Untuk mewujudkan hal di atas bukanlah suatu hal yang mudah, karena diperlukan cukup banyak tenaga, biaya, serta waktu yang akan  tercurah untuk melaksanakan salah satu amanah sebagai seorang muslim untuk membantu mempersiapkan  generasi muslim Rabbi Radhiyya. 
Latar Belakang 
Anak-anak sebagai  generasi harapan bangsa, tidak lain merupakan amanah dari Allah Yang Maha Rahiim. Generasi ini masih sangat peka terhadap berbagai pengaruh lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu tidak salah apabila disebutkan bahwa masa  kanak-kanak adalah masa yang sangat menyenangkan dan merupakan masa yang  sangat penting dalam perkembangan kepribadian seorang insan. Pada masa inilah tertanam dan terbentuknya dasar pribadi yang merupakan fondasi perkembangan kepribadian selanjutnya. 
 Saat pembentukan pribadi tersebut, perlu ditanamkan kepada anak-anak pendidikan keagamaan dan juga pengalaman yang berkesan, yang membekas dalam jiwa mereka sebagai bekal yang bermanfaat dalam pembentukan kepribadiannya kelak. Dan perlu dibiasakan pada mereka untuk mempelajari agama sejak dini, sehingga timbul pada diri mereka bahwa ilmu agama merupakan kebutuhan bagi setiap muslim. Selain itu penting ditanamkan kesadaran beribadah sejak dini, karena hakikat penciptaan seluruh manusia dan jin adalah untuk mengabdi (beribadah)kepada Allah. Sudah selayaknya seluruh aktivitas kita  didasari niat ibadah. Kesadaran inilah yang kelak akan melahirkan ethos kerja seorang muslim. ethos kerja ini akan melahirkan pribadi-pribadi yang senantiasa produkif, efektif dan efisien dan mukhlish dalam bertindak. Pribadi-pribadi seperti inilah yang kita perlukan untuk membangkitkan kembali kejayaan din kita Al-Islam. 
 Kepada merekalah kita memiliki tanggung jawab moral dalam masalah pelaksanaan pendidikan, pembinaan, ketrampilan, dan pengalaman agar kelak mereka dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan zamannya.   Dengan demikian, harapan akan munculnya generasi penerus yang lebih baik akan tercapai. 
Pembinaan Anak-anak Salman ITB bermaksud menyelenggarakan kegiatan yang menunjang pada perwujudan di atas dengan mengadakan kegiatan massal anak-anak dalam mempelajari ilmu agama sekaligus jadi wahana penanaman kesadaran beribadah. 
Dasar Pemikiran 
"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu" (Q. S. Adz-Zarriyat 56) 
"Dan hendaklah takut kepada Allah dan rosul-Nya, orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap mereka, oleh karena itu hendaklah mengucapkan perkataan yang benar." (Q.S.  Annisaa : 9) 
Tujuan 
Sanlat diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut : 
1. Mengakrabkan  anak-anak dengan lembaga pendidikan Islam. 
2. Meningkatkan pemahaman anak-anak tentang Islam. 
3. Membentuk sikap, tingkah laku dan budi pekerti yang Islami. 
4.  Membuka wawasan pemikiran anak-anak. 
5.  Menanamkan  ruh Ibadah dalam seluruh aktivitas kehidupan. 
6.  Mengenalkan konsep kewirausahaan Islam 
 
Read more: http://www.japarus.com/2012/04/cara-membuat-artikel-terkait-related.html#ixzz20BPSouId

keutamaan dzikir dibulan Ramadhan

KEUTAMAAN DZIKIR
 Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya: Zuhair bin Harb menuturkan kepadaku demikian juga Muhammad bin al-Mutsanna. Mereka semua menuturkan dari Yahya al-Qaththan. Zuhair mengatakan, Yahya bin Sa’id menuturkan kepada kami dari Ubaidillah. Dia berkata, Khubaib bin Abdurrahman mengabarkan kepadaku dari Hafsh bin ‘Ashim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari di saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. (1) Seorang pemimpin yang adil, (2) Seorang pemuda yang tumbuh dalam ketekunan beribadah kepada Allah, (3) Seorang lelaki yang hatinya selalu bergantung di masjid, (4) Dua orang lelaki yang saling mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, (5) Seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang perempuan cantik lagi berkedudukan namun mengatakan, ‘Aku merasa takut kepada Allah’, (6) Seorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai-sampai tangan kanannya tidak mengerti apa yang diinfakkan oleh tangan kirinya (terbalik, seharusnya ’sampai-sampai tangan kirinya tidak mengerti apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya’, pent), (7) Dan juga seorang yang mengingat Allah di saat sendirian hingga kedua matanya mengalirkan air mata.” (Hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab az-Zakah dengan judul bab ‘Shadaqah dengan tangan kanan’. Diterjemahkan secara bebas dari as-Shahih al-Musnad min Adzkar al-Yaum wa al-Lailah, Syaikh Musthofa al-Adawi, hal. 12-13)
Hadits ini mengandung banyak pelajaran berharga, di antaranya:
1. Penetapan adanya hari kiamat.
2. Penetapan adanya pembalasan amal.
3. Dahsyatnya peristiwa di hari kiamat.
4. Betapa lemahnya manusia di hadapan Allah ta’ala.
5. Kecintaan Allah kepada orang-orang yang taat kepada-Nya.
6. Yang dimaksud dengan naungan Allah di sini adalah naungan Arsy-Nya sebagaimana disebutkan dalam hadits lainnya yang disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari.
7. Allah mencintai keadilan dan membenci kezaliman.
8. Perintah untuk menegakkan keadilan.
9. Keutamaan pemimpin yang adil.
10. Beratnya cobaan dan godaan yang menimpa seorang pemimpin.
11. Keutamaan pemuda yang tekun beribadah kepada Allah.
12. Beratnya cobaan dan godaan yang dialami para pemuda, dan perintah kepada para orang tua agar membina generasi muda untuk gemar taat beribadah kepada Rabbnya.
13. Keutamaan lelaki yang hatinya bergantung di masjid.
14. Keutamaan masjid.
15. Cinta dan benci karena Allah.
16. Beramal karena Allah.
17. Dahsyatnya godaan wanita.
18. Jalan ke Surga diliputi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan, sedangkan jalan menuju Neraka diliputi hal-hal yang disukai oleh hawa nafsu manusia.
19. Kewajiban menjauhkan diri dari zina.
20. Keutamaan rasa takut kepada Allah dan ia merupakan bukti kekuatan iman.
21. Keutamaan bersedekah, terlebih lagi dengan sembunyi-sembunyi.
22. Bersedekah dengan tangan kanan.
23. Keutamaan berdzikir kepada Allah, terlebih apabila sendirian.
24. Dorongan untuk ikhlas dalam beramal.
25. Keutamaan menangis karena Allah.
26. Iman mencakup ucapan, perbuatan, dan keyakinan, bisa bertambah dan berkurang.
27. Baiknya amal lahir tergantung pada amal hati.
28. Semakin sulit keadaan seseorang untuk taat kepada Allah namun dia tetap taat kepada-Nya maka balasan dari sisi Allah juga akan semakin besar.
29. Penetapan kehendak pada diri Allah.
30. Penetapan kehendak pada diri makhluk, ini adalah bantahan bagi Jabriyah (kelompok yang mengatakan bahwa seorang hamba dipaksa dalam melakukan perbuatan dan tidak ada hak untuk memilih, tidak ada kekuatan, serta tidak ada kehendak baginya -ed).
31. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik. Dan lain sebagainya yang belum kami ketahui, wallahu a’lam.
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
keyword: ww pidato romadlon, ceramah agama dari awal pembuka sampai akhir penutupan, ceramah agama islam dari mukodimah sampai akhir
Read more: http://www.japarus.com/2012/04/cara-membuat-artikel-terkait-related.html#ixzz20BPSouId

muqodimah piadto lengkap

Berikut ini adalah contoh-contoh mukaddimah (pembukaan) untuk pidato/ ceramah beserta arti yang saya susun sendiri. Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan, karena keterbatasan ilmu saya.
 الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Artinya: Segala puji bagi Allah Sang Penguasa alam semesta. Semoga salawat serta keselamatan tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia. Berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya.
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Artinya: Kami panjatkan segala puji padaNya dan kami meminta pertolonganNya. Seraya memohon ampun dan meminta perlindunganNya dari segala keburukan jiwaku dan dari kejelekan amaliahku. Barangsiapa yang telah Allah tunjukkan jalan baginya, maka tiada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah sesatkan jalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam bagi Muhammad saw berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya.
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman dan islam. Salawat dan doa keselamatanku terlimpahkan selalu kepada Nabi Agung Muhammad Saw berserta keluarga dan para sahabat-sahabat Nabi semuanya
الْحَمْدُ ِللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَمَّا بَعْدَهُ
Artinya: Puji syukur kepada Allah dan doa salawaat serta doa keselamatan kepada rasulullah junjungan dan pembimbing kita, Nabi Muhammad bin Abdillah.
Read more: http://www.japarus.com/2012/04/cara-membuat-artikel-terkait-related.html#ixzz20BPSouId

tanda dan keistimewaan lailatul Qodar

































 Nuzulul Quran adalah Lailatul Qadar
Ketika memasuki malam yang ke 17 di bulan Ramadhan sebagian kaum muslimin dan masjid-masjid mulai diadakan peringatan turunnya al-Quran pertama kali yang disebut malam peringatan Nuzulul Quran. Hal ini juga ‘terkesan’ dikuatkan dengan catatan kaki dalam “al-Quran dan Terjemahnya” surat adh-Dhukhan ayat 3.

إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
[1369] malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.
Keyakinan ini bertentangan dengan firman Allah subhanahu wa ta’alaa dalam surat al-Qadr ayat pertama:

إِ نَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ


“Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593].”
[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan Turunnya Al Quran.
Ayat diatas dengan jelas bahwa al-Quran diturunkan pada malam kemulian (Lailatul Qadar) dan juga Terlihat jelas bahwa catatan kaki untuk ayat di atas dalam “al-Quran dan Terjemahnya” juga menjelaskan bahwa malam permulaan turunnya al-Quran adalah pada malam tersebut. Sekarang yang menjadi pertanyaan, kapan terjadinya malam Lailatul Qadar, malam dimana al-Quran itu turun ? apakah benar pada 17 Ramadhan seperti yang selama ini oleh sebagian kaum muslimin Indonesia mempertingatinya ?
Nabi shallahu’alaihi wa sallam pernah mengabarkan kepada kita tentang kapan akan datangnya malam Lailatul Qadar. Beliau pernah bersabda:
“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” (Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)
Beliau shallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:
“Berusahalah untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir, apabila kalian lemah atau kurang fit, maka jangan sampai engkau lengah pada tujuh hari terakhir” (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Dengan demikian telah jelas bahwa lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yaitu pada malam-malam ganjilnya 21, 23, 25, 27 atau 29. Maka gugurlah keyakinan sebagian kaum muslimin yang menyatakan bahwa turunya al-Quran pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan.
Jika ada yang berargumen, “Tanggal 17 Ramadhan yang dimaksud adalah turunnya al-Quran ayat pertama ke dunia kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yaitu surat al-‘Alaq  ayat 1-5, sedangkan Lailatul qadar pada surat al-Qadar adalah turunnya al-Quran seluruhnya dari lauhul mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia !!?”.
Maka jawabnya: Benar, bahwa turunnya al-Quran yaitu pada Lailatul qadar seperti yang tertuang dalam surat al-Qadar adalah turunnya al-Quran dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia, dan setelah itu al-Quran diturunkan secara bertahap selama 23 tahun. Seperti perkataan Ibnu Abbas radliyallahu’anhu dan yang lainnya ketika menafsirkan QS. Ad-Dukhon ayat 3:
“Allah menurunkan al-Quran sekaligus daru Lauh Mahfudz ke baitul izzah (rumah kemuliaan) di langit dunia kemudian Allah menurunkannya secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai peristiwa selama 23 tahun kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir 8/441)
Tetapi apakah ini menjadikan bahwa benar nya pendapat bahwa turunnya ayat pertama (QS. Al-‘Alaq: 1-5) kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah 17 Ramadhan ?? mari kita simak pembahasan dibawah ini.
Pendapat bagus syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury di Kitab Sirohnya tentang kapan awal permulaan wahyu
Dalam kitab siroh beliau, beliau menjelaskan bahwa memang ada perbedaan pendapat diantara pakar sejarah tentang kapan awal mula turunnya wahyu, yaitu turunnya surat Al-Alaq: 1-5. Beliau menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21. Beliau mengatakan:
“Kami menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21, sekalipun kami tidak melihat orang yang menguatkan pendapat ini. Sebab semua pakar biografi atau setidak-tidaknya mayoritas di antara mereka sepakat bahwa beliau diangkat menjadi Rasul pada ahari senin, hal ini diperkuat oleh riwayat para imam hadits, dari Abu Qotadah radliyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa hari senin. Maka beliau menjawab,
“Pada hari inilah aku dilahirkan dan pada hari ini pula turun wahyu (yang pertama) kepadaku.”
Dalam lafdz lain disebutkan, “Itulah hari aku dilahirkan dan pada hari itu pula aku diutus sebagai rasul atau turun wahyu kepadaku”
Lihat shahih Muslim 1/368; Ahmad 5/299, Al-Baihaqi 4/286-300, Al-Hakim 2/602.
Hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu adalah jatuh pada tanggal 7, 14, 21, dan 28. Beberapa riwayat yang shahih telah menunjukkan bahwa Lailatul Qodar tidak jatuh kecuali pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Jadi jika kami membandingkan antara firman Allah, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatul Qodar”, dengan riwayat Abu Qotadah, bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada hari senin, serta berdasarkan penelitian ilmiah tentang jatuhnya hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu, maka jelaslah bagi kami bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada malam tanggal 21 dari Bulan Ramadhan. (Lihat Kitab Siroh Nabawiyyah oleh Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury Bab Di Bawah Naungan Nubuwah, hal. 58 pustaka al-Kautsar)
Maka jelaslah bahwa pendapat kapan al-Quran turun, baik al-Quran turun dari Baitul Izzah ke langit dunia atau dari langit dunia ke Rasulullah keduanya  saling melengkapi, dan bukan terjadi di 17 Ramadhan. Wallahu’alam.
Yang bisa dipetik dari pembahasan di atas
  1. Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar bukan pada malam yang dikenal dengan malam ‘Nuzulul Quran’ yang bertepatan pada tanggal 17 Ramadhan.
  2. Lebih khusus lagi bahwa turunnya wahyu kepada Rasulullah shalallallahu’alaihi wa sallam yang pertama adalah 21 Ramadhan, seperti pendapat syaikh Shafiyyurahman.
  3. Peringatan Nuzulul Quran 17 Ramadhan dengan dzikir tertentu dan bentuk pengajian khusus adalah bentuk peringatan yang tidak pernah ada landasannya dari al-Quran dan Hadist Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, sehingga termasuk dalam perkara bid’ah.
  4. Lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir yang ganjil dibulan Ramadhan.
  5. Peringatan lailatul qadar pada malam 27 Ramadhan (atau malam ganjil lainnya) dengan suatu pengajian khusus juga merupakan bid’ah karena Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam tidak pernah memperingatinya melainkan beliau shallahu’alahi wa sallam menghidupkan malam tersebut dengan qiyamul lail dan memperbanyak doa.
  6. Himbauan kepada para penanggung jawab “al-Quran dan Terjemahnya” agar meluruskan catatan kaki atau takwil-takwil dari ayat suci al-Quran yang hanya merupakan anggapan-anggapan yang tidak berdalil atau bahkan tafsiran/takwil yang bathil.
Referensi
  • Ustadz Aunur Rofiq. Nuzulul Quran pada bulan Romadhon. Majalah al-Furqon Edisi 84, th ke-8 1429/ 2008
  • Abu Musa al-Atsari. Lailatul Qadar Malam Kemulian. Majalah adz-Dzakiroh Edisi 43, Edisi Khusus Ramadhan-Syawal, Vol 8, No.1 1429 H
  • Al-Quran dan Terjemahnya
  • Siroh Nabawiyah, oleh Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarokfury
Read more: http://www.japarus.com/2012/04/cara-membuat-artikel-terkait-related.html#ixzz20BPSouId

kultum di bulan ramadhan

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pintu yang dinamakan pintu ‘al-Rayan’ yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa. Ditanyakan (oleh pintu tersebut): ‘Di manakah orang-orang yang berpuasa?’ Maka mereka pun masuk dari pintu tersebut. Setelah semua orang yang berpuasa memasukinya, pintu itu pun ditutup dan tak akan ada lagi yang masuk melaluinya.”
(HR. Muslim, dari Sahl Ibn Sa’d).
Dalam hadis tersebut Nabi Saw menerangkan keutamaan puasa dan kedudukan orang-orang yang berpuasa di sisi Allah. Atas keikhlasan dan kesabaran mereka dalam menjalankan ibadah puasa-dengan menahan lapar dan dahaga, mengendalikan hawa nafsu dengan sekuat tenaga, maka Allah mengistimewakan mereka dengan memasukkan mereka ke dalam surga melalui pintu khusus yang bernama “Al-Rayyan”. Kata ini berasal dari bentuk infinitif al-ray yang berarti pengairan, segar, dan juga pemandangan yang indah. Nama ini sesuai dengan keadaan orang-orang puasa yang menahan dirinya dari makan dan minum. Dan dahaga inilah yang lebih dominan dirasakan oleh orang yang sedang berpuasa dibanding rasa lapar.
Zain Ibnu al-Munir mengatakan:
“Rasulullah mengatakan pintu al-Rayyan ada ‘di dalam surga’ bukan mengatakan ‘bagi surga/pintu surga’, agar orang-orang merasa bahwa dalam pintu tersebut terdapat kenikmatan dan kenyamanan surgawi (kenikmatan di dalam kenikmatan). Maka hal ini akan menambah keinginan dan kerinduan kepadanya.”
Hadis di atas diriwayatkan juga oleh al-Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah, dari Sa’id Ibn ‘Abdurrahman, dan yang lainnya. Dan dalam riwayat ini terdapat tambahan: “Barangsiapa yang memasukinya (memasuki pintu al-Rayyan), maka akan meminum darinya. Dan barangsiapa meminum darinya, maka tak akan dahaga selamanya”.
Hal itu merupakan penghormatan dari Allah, Sang Pemelihara Alam kepada orang-orang yang berpuasa. Juga merupakan balasan bagi mereka atas keikhlasan menjalankan ibadah. Telah dimaklumi bahwa Allah akan menanggung pahala orang-orang yang berpuasa, sebagaimana dalam sebuah hadis:
“Puasa untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya.”
Pahala dan balasan Allah bagi orang-orang yang berpuasa adalah penuh, besar, dan tiada terhitung. Ada pun masuknya orang-orang yang berpuasa melalui pintu al-Rayyan ini merupakan tambahan pahala dan penghormatan semata.
Benar, surga mempunyai banyak pintu, di antaranya pintu bagi orang-orang yang taat menjalankan salat, pintu bagi orang-orang yang giat berjihad, pintu bagi orang-orang yang ikhlas berpuasa-yaitu al-Rayyan sebagaimana telah kita bicarakan, dan di antaranya ada pintu khusus bagi orang-orang yang suka bersedekah.
Dari Abi Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa memberi nafkah isterinya di jalan Allah, maka akan dipanggil dari pintu surga, ‘Wahai Hamba Allah! Ini adalah pintu kebaikan.’ Barangsiapa termasuk ahli salat, maka akan dipanggil dari pintu al-Shalah. Barangsiapa termasuk ahli jihad, maka akan dipanggil dari pintu al-Jihad. Barangsiapa termasuk ahli puasa, maka akan dipanggil dari pintu al-Rayyan. Dan barangsiapa termasuk ahli sedekah, maka akan dipanggil dari pintu al-Shadaqah. Abu Bakar lantas berkata, ‘Demi engkau dan ibuku (ummul mukminin), ya, Rasulullah! Apakah seseorang harus dipanggil dari pintu-pintu itu, dan adakah seseorang yang dipanggil dari pintu-pintu itu seluruhnya?’ Rasulullah menjawab, ‘Iya. Dan aku berharap semoga engkau termasuk dari mereka.”
(HR. al-Bukhari).
Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Sumber dari al-Shiyâm fî ‘l-Islam.
Read more: http://www.japarus.com/2012/04/cara-membuat-artikel-terkait-related.html#ixzz20BPSouId

proposal sekripsi pendidikan menurut KH.Ahmad rifa'i


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sekitar abad ke-19 di daerah pantai Jawa Tengah muncul sebuah gerakan keagamaan yang kemudian lebih dikenal sebagai gerakan Rifa’iyah. Sartono Kartodirdjo, seorang ahli sejarah Indonesia, mentipologikan gerakan yang dimotori K.H. Ahmad Rifa’i ini sebagai puritanical orthodox moslem revivalism, yaitu gerakan pemurnian Islam yang hendak mengembalikan praktik keislaman masyarakat Jawa kepada tradisi Islam masa awal.[1]
Disamping sebagai pemimpin gerakan Rifa’iyah, K.H. Ahmad Rifa’I juga disebut sebagai tokoh pemikir sekaligus tokoh pembaharu Islam Indonesia abad ke-19 M. Sehubungan dengan hal di atas ia dapat dipandang juga sebagai peletak dasar bangunan pendidikan bangsa Indonesia.
Dalam perjalanan lautnya ke Indonesia, K.H. Ahmad Rifa’i dan kedua sahabat karibnya, Kyai Nawawi Albantani dan Kyai Ahmad Kholil Madura, berdiskusi tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam menyelenggarakan pendidikan dan melaksanakan dakwah di daerah masing-masing. Hasil diskusi secara lengkap yang dijadikan dasar-dasar langkah perjuangan mereka ditetapkan sebagai berikut.
1.      Menyelenggarakan pengajian umum;
2.      Mendirikan pesantren, tempat-tempat pendidikan, dan majlis taklim bagi anak-anak, pemuda, dan orang dewasa;
3.      Melaksanakan amar makruf nahi munkar dan dakwah keliling;
4.      Menyusun kitab-kitab terjemahan yang memuat tiga ilmu agama masing-masing Ushuluddin, fikih, dan tasawuf;
5.      Menghimpun dan mendidik kader-kader dakwah militan;
6.      Memperkuat hubungan ukhuwah islamiyah dan mempererat silaturahim dengan cara gerakan sosial;
7.      Mengadakan hubungan kerjasama dengan para ulama di pedesaan dan perkotaan untuk menentang kolonial Belanda;
8.      Menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat di bawah pimpinan ulama dab tokoh masyarakat;
9.      Mengadakan protes sosial keagamaan terhadap segala bentuk kebijaksanaan pemerintah Belanda.[2]
Sebagai realisasi hasil diskusi di atas kapal tersebut, K.H. Ahmad Rifa’i mulai menyusun langkah-langkah pendidikan dan dakwahnya. Langkah pertama ia menyelenggarakan pengajian umum di pesantrennya Kyai Asy’ari, Kaliwungu dan beberapa tahun kemudian ia mendirikan pesantrennya sendiri di Kendal. Sebagai ulama orthodox, K.H. Ahmad Rifa’i mengajarkan ilmu-ilmu agama berdasarkan Alqur’an dan sunnah rasul. Kemudian pengajaran yang dianggap baru menurut kebiasaan itu, dikenal dan diikuti oleh masyarakat dari luar daerah Kendal.[3]
Pendidikan K.H. Ahmad Rifa’i terbuka bagi siapa saja sehingga ia mendapat simpati luas dari masyarakat. Inilah yang menimbulkan kebencian Belanda. Atas tuduhan menghasut Belanda melalui pengajarannya ia ditangkap dan disidangkan di pengadilan Pekalongan.[4] Selanjutnya menurut keputusan pengadilan, ia diasingkan ke Ambon bersama beberapa tahanan politik lainnya.[5] Kendatipun berada dalam pengasingan, ia tetap melaksanakan aktivitas pendidikan dan dakwahnya serta melanjutkan menulis kitab yang mencapai 56 buah.
Diantara karya-karyanya terdapat beberapa kitab yang membicarakan tentang pendidik (guru) yang akan dibahas dalam skripsi ini. Kitab-kitab tersebut antara lain Kitab Bayan, Athlab, Syarkh Al Iman, Riayat Al Himmat, Khusn Al Mithalab, dan masih banyak kitab lainnya yang menyinggung tentang pendidik secara sekilas.
Dalam kitab Athlab dan Bayan, K.H. Ahmad Rifa’i menyebutkan bahwa tugas seorang pendidik (guru) adalah mengajar (memuruk), mengingatkan orang yang lupa kepada Allah serta melurukan orang yang keliru dalam beribadah.[6]
Dalam khazanah kitab-kitab K.H. Ahmad Rifa’i banyak disinggung tentang pendidikan Islam, meliputi pendidik (guru) dan peserta didik (murid), belajar-mengajar, hukum belajar, hukum mengajar (memuruk), ilmu yang diajarkan, dan hal-hal yang erat kaitannya dengan pendidikan. Dalam skripsi ini penulis lebih memfokuskan pembahasannya pada pendidik (guru).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas, maka dapat diajukan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut.
1.      Bagaimana konsep pendidik dalam pendidikan Islam secara umum ?
2.      Bagaimana konsep K.H. Ahmad Rifa’i tentang pendidikan Islam ?
3.      Bagaimana hak dan kewajiban serta syarat-syarat pendidik (guru) menurut K.H. Ahmad Rifa’i ?



C.    Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah.
1.      Untuk mengetahui konsep dasar tentang pendidik;
2.      Menggali pemikiran pendidikan Islam K.H. Ahmad Rifa’i pada umumnya dan khususnya tentang pendidik;
3.      Memperkenalkan pemikiran ulama lokal (Jawa) tentang pendidikan Islam.

D.    Kegunaan Penelitian
1.      Secara teoritis dan akademis, penelitian ini berguna sebagai pedoman bagi para pendidik Islam, khususnya dalam mendidik agar sejalan dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Dengan mengetahui arti pentingnya pendidikan bagi pendidik, akan memberikan semangat memperjuangkan ciri khas pendidikan Islam dan memotivasi pendidik agar selalu memperluas wawasannya.
2.      Secara praktis penelitian ini berguna untuk mengenalkan pendidikan Islam produk pemikiran ulama lokal sebagai alternatif dan ikut memberikan warna dalam sistem pendidikan Islam.




E.     Tinjauan Pustaka
1.      Analisis Teoritis
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam hal ini, para pendidik memegang posisi kunci yang banyak menentukan keberhasilan proses pendidikan, sehingga mereka dituntut persyaratan tertentu baik teoritis maupun praktis dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan faktor-faktor yang bersifat internal, seperti bakat dan pembawaan dan faktor-faktor eksternal seperti lingkungan dalam segala dimensinya menjadi sasaran pokok dari proses ikhtiyariyah pada pendidik.[7]
Dalam PP. No. 74 tahun 2008 tentang Guru, Bab I Pasal 1, disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.[8]
Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidik sebagai orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, maupun psikomotorik yang sesuai dengan ajaran Islam.[9]

2.      Kerangka Berpikir
Kajian seputar pendidikan Islam corak K.H. Ahmad Rifa’i telah disinggung sedikit tentang pendidik (guru) dalam buku karya Ahmad Syadzirin Amin, Gerakan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam menentang Kolonial Belanda, merupakan penjelasan dari pemikiran dan ajaran K.H. Ahmad Rifa’i. Penulis berusaha menunjukkan beberapa kitab yang dijadikan sebagai sumber rujukan serta dasar pendapat dan pemikiran K.H. Ahmad Rifa’i, baik yang berasal dari Alqur’an, hadis, maupun kitab-kitab salaf karya ulama terdahulu.[10]
Dalam penelitian Adaby Darban tahun 1987 yang berjudul Rifa’iyah: Gerakan Sosial Keagamaan di Pedesaan Jawa Tengah 1850-1982 disinggung tentang K.H. Ahmad Rifa’i, tetapi lebih melihat pada corak gerakan Rifa’iyah sebagai gerakan sosial keagamaan.[11]
Demikian pula penelitian Abdul Djamil yang berjudul Islam Indonesia Abad Sembilanbelas: Studi tentang Protes Keagamaan K.H. Ahmad Rifa’i Kalisalak, tampaknya juga lebih mengarahkan pada gerakan protes K.H. Ahmad Rifa’i terhadap pemerintah Hindia Belanda dan sekaligus mengidentifikasi tipologi gerakan yang dipimpin K.H. Ahmad Rifa’i Kalisalak[12]. secara singkat Abdul Djamil juga menyinggung perkembangan jamaah Rifa’iyah pasca K.H. Ahmad Rifa’i.
Dalam desertasi Abdul Djamil yang diterbitkan dengan judul Perlawanan Kiai Desa, Pemikiran dan Gerakan Islam K.H. Ahmad Rifa’i Kalisak disinggung ajaran K.H. Ahmad Rifa’i secara umum yang meliputi ilmu Ushuluddin, Fikih, dan Tasawuf dengan referensi kitab-kitab tarajumah. Disamping itu juga disinggung gerakan sosial keagamaannya. Penelitian Abdul Djamil lebih melihat gerakan K.H. Ahmad Rifa’i sebagai gerakan yang membentuk jaringan keguruan dari K.H. Ahmad Rifa’i kepada murid-muridnya yang membentuk penyebaran gerakan dakwah Rifa’iyah khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Barat.[13]
Dengan demikian penelitian tentang K.H. Ahmad Rifa’i dan gerakan Rifa’iyah-nya memang banyak dilakukan, tetapi studi komprehensif tentang pendidik belum banyak diungkap dan disentuh, misalnya bagaimana kedudukan pendidik (guru), syarat-syarat, dan hak serta kewajibannya. Untuk maksud terakhir inilah penulisan skripsi ini dilakukan.

F.     Metode Penelitian
1.      Desain Penelitian
a.      Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan secara kualitatif karena data dihasilkan berupa data deskriptif dalam bentuk pernyataan atau kata-kata tertulis yang berasal dari sumber data yang diamati atau diteliti agar lebih mudah dipahami.[14]
b.      Jenis Penelitian
Penelitian ini memusatkan pada penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang menggunakan data kualitatif, yakni penelitian yang diajukan pada ucapan-ucapan dan tulisan-tulisan yang ditelusuri dari data sejarah serta buku-buku.[15]


2.      Sumber Data
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menghimpun data-data literatur.[16] Sumber data adalah subyek di mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a.      Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan dikaji dalam penelitian skripsi. Yang menjadi sumber data primer adalah kitab-kitab karya K.H. Ahmad Rifa’i, terutama kitab Athlab, Bayan, Syarkh Al Iman, Riayat Al Himmat, dan Khusn Al Mithalab.
b.      Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung berkaitan dengan penelitian tersebut. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua buku atau kitab yang berkaitan dan mendukung dalam penulisan skripsi ini, yaitu semua kitab K.H. Ahmad Rifa’i yang sedikit menyinggung tetang tema pokok kajian. Di samping itu juga dipergunakan kitab-kitab lain selain karya K.H. Ahmad Rifa’i.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Berkaitan dengan jenis penelitian ini, maka untuk memperoleh data-data yang diperlukan digunakan cara studi pustaka yang ditempuh dalam langkah-langkah sebagai berikut.
a.      Menelaah sumber-sumber buku atau kitab, baik primer maupun sekunder dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang sifatnya umum dan sedapat mungkin menyeluruh (insight);
b.      Memusatkan perhatian kepada permasalahan yang sedang ditekuni untuk mencari pemecahan problem penelitian yang sudah dirumuskan serta sudah dicarikan datanya;
c.      Menganalisis dan membandingkan untuk selanjutnya dilakukan identifikasi dan pengelompokan serta diklarifikasi sesuai dengan sidatnya masing-masing dalam bentuk bab per bab guna mempermudah analisis data.[17]
4.      Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang sudah terkumpul menggunakan metode deduksi, yaitu suatu metode berpikir dari yang umum ke yang khusus yang mempunyai maksud cara pengambilan kesimpulan berangkat dari generalisasi masalah yang bersifat umum, kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus.[18]
Karena data yang diperoleh bersifat kualitatif, maka analisis datanya menggunakan teknik analisis nonstatistik, yaitu berusaha mendeskripsikan dengan menginterpretasikan apa yang ada.[19]

G.    Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman yang sistematis dengan pembahasannya, maka dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya ke dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut.
Bab I yaitu Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Pada Bab II akan dibahas mengenai tinjauan umum tentang pendidik, meliputi pengertian pendidik, syarat-syarat pendidik, tanggungjawab pendidik, tugas pendidik, dan kode etik pendidik.
Bab III berisi tentang Biografi K.H. Ahmad Rifa’i, meliputi masa pendidikannya, silsilah keguruan. Juga disinggung secara singkat pemikirannya tentang pendidikan Islam dengan berfokus pada permasalahan pendidik.
Pada bab IV berisi analisis terhadap pemikiran K.H. Ahmad Rifa’i tentang pendidik.
Kesimpulan, saran-saran dan penutup dari penulisan skripsi ini akan dipaparkan pada Bab V.


[1] Abdul Djamil, Perlawanan Kyai Desa, (Yogyakarta: LKiS, 2006), Hlm. 13.
[2] Ahmad Syadzirin Amin, Gerakan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam Menentang Kolonial Belanda, (Jakarta: Jamaah Masjid Baiturraohman, 1997), Hlm. 56-57.
[3] Ahmad Syadzirin Amin, Gerakan, Hlm. 58.
[4] Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), Hlm. 134.
[5] Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda, (Jakarta: Balai Pustaka), Hlm. 245.
[6] K.H. Ahmad Rifa’i, Athlab, tt, Hlm. 3
[7] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Hlm. 12.
[8] “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru” www.indonesiamengajar.org/down.php?act=pustaka&id=7, tanggal 30 Juni 2009
[9] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), Hlm. 21.
[10] Ahmad, Gerakan, Hlm. 119-127.
[11] Adaby Darban, Rifa’iyah: Gerakan Sosial Keagamaan di Pedesaan Jawa Tengah 1850-1982, (Yogyakarta: UGM, 1987), Hlm. 38.
[12] Abdul Djamil, Islam Indonesia Abad Sembilanbelas: Studi tentang Protes Keagamaan K.H. Ahmad Rifa’i Kalisalak, Laporan Penelitian Individual, (Semarang: IAIN Walisongo, 1996), Hlm. 62-66.
[13] Dr. Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa, Pemikiran dan Gerakan Islam K.H. Ahmad Rifa’i Kalisalah, (Yogyakarta: LKiS, 2001), Hlm. 92
[14] Komarudin, Kamus Riset, (Bandung: Angkasa, 1987), Hlm. 145.
[15] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Hlm. 89.
[16] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1992), Hlm. 78.
[17] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Hlm. 63-64.
[18] Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisisus, 1999), Hlm. 44.
[19] Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998), Hlm. 103.
Read more: http://www.japarus.com/2012/04/cara-membuat-artikel-terkait-related.html#ixzz20BPSouId