BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Kurikulum merupakan perangkat pembelajaran yang dianjurkan pada
lembaga pendidikan yang berisikan uraian bidang studi yang terdiri atas
beberapa macam pembelajaran yang disajikan secara kait berkait. Dalam pembelajaran
harus berpedoman pada kurikulum yang sekarang dikembambangkan dan dilaksanakan.
Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kopentensi yang berguna bagi dirinya.
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) merupakan kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan yang berpusat
pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik.
Meskipun sudah ditetapkan sebagai kurikulum pada tingkat satuan
pendidikan, masih sedikit guru memahami dan melaksanakan KTSP, ini bisa kita
lihat pada proses pembelajaran di kelas-kelas yang menggunakan model-model
pembelajaran pola lama, dimana guru dalam proses pembelajaranya tidak
mengembangkan kopetensi peserta didik seperti yang diharapakan oleh KTSP, guru
masih sebagai sentral pembelajaran.
Tinggi rendahnya kualitas belajar siswa tergantung pada
komponen-komponen antara lain siswa, kurikulum, guru, metode, sarana prasarana
dan lingkungan. Proses belajar mengajar dapat berjalan efektif bila seluruh
komponen yang berpengaruh saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan.misalnya
ketertarikan siswa, motivasi siswa, metode guru bervariasi, teknik guru dalam
mengajar dikelas mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Apabila metode
yang digunakan dalam penyampaian materi-metari tertentu siswa antusias untuk
belajar, karena siswa termotivasi. Dalam proses pembelajaran biologi hendaknya
guru melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Hasil pengamatan
dikelas VIII D SMP Negeri 3 Batang diperoleh data bahwa siswa belum terlatih
untuk bertanya dan motivasi belajar masih rendah, siswa kurang aktif cenderung
pasif sehingga pembelajaran masih satu arah atau pembelajaran berpusat pada
guru. Hasil ulangan belum mencapai SKM; ini dapat dilihat dari skor rata-rata
hasil ulangan semester I pokok bahasan sistem gerak pada manusia yaitu 62,91.
Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa dipengaruhi banyak
faktor salah satunya siswa kurang mampu mengungkapkan pertanyaan atau kemampuan
bertanya rendah, untuk mengatasi hal tersebut peneliti/guru melatih siswa
dengan menyusun pertanyaan melalui pendekatan pembelajaran Problem Posing
Menurut Mulyati (2005). Bertanya merupakan salah satu indikasi
seseorang berpikir. Secara umum berpikir dianggap sebagai proses kognitif,
tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan. Penekakan dalam ketrampilan
berpikir menegaskan penalaran sebagai fokus utama kognitif. Berpikir merupakan
pokok pangkal untuk memperoleh pengetahuan.Berpikir juga didefinisikan sebagai
suatu proses untuk mencapai sesuatu yang menurut kita sebagai makluk hidup
untuk menjadi dewasa. Dengan demikian bertanya merupakan potensi dasar yang
patut untuk dikembangkan sedini mungkin, dimulai melatih menggunakan akal sehat
sejak manusia berhubungan dengan lingkungan.
Secara garis besar, berpikir merupakan tujuan akhir dari proses
belajar mengajar. Berpikir dapat dilatihkan pada siswa dengan mengembangkan
ketrampilan bertanya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.Hal ini
sesuai dengan pendapat Nickerson dalam Mulyati (2005) yang mengemukakan bahwa
ketrampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari.
Pendekatan problem posing merupakan pendekatan yang
berbasis kontruktivistik. Kontuktivistik berasal dari kata to construct yang
berarti membangun atau menyusun. Dengan demikian konstruktivisme merupakan
landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual, yaitu bahwa pengetahuan
tidak hanya dari guru, melainkan dalam proses pembelajaran, siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibtan aktif dalam proses pembelajaran.
Peran pendidik dalam hal ini guru, hanya mengusahakan bagaimana agar
konsep-konsep penting tertanam kuat dalam benak siswa
Dalam pembelajaran kontruktivistik ini, siswa membangun
pengetahuannya sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas. Selain siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, bergelut dengan ide-ide.
Problem Posing berasal dari dua kata yaitu “Problem” dan “Posing”.
“Problem” berarti masalah dan “Posing” berarti mengajukan atau membentuk
(Iskandar, 2004). Dengan demikian, Problem Posing dapat diartikan sebagai
strategi pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat menyusun atau membuat
soal setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.
Langkah kegiatan pembelajaran Problem Posing tipe 1 menurut
Chotimah (2007) adalah sebagai berikut:
Pembelajaran dengan pendekatan problem posing diawali dengan
memotivasi peserta didik dengan mengajukan pertanyaan atau penyampaian teori
atau konsep, kemudian menuliskan topik yang akan di pelajari dan menyebutkan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam belajar, mengeksplorasi
pengetahuan awal peserta didik melalui pertanyaan dengan tujuan guru ingin
mengetahui seberapa jauh siswa mengahaui materi pelajaran yang akan dipelajari,
selanjutnya guru membagi peserta didik dalam kelompok terdiri dari 4 siswa dan
memberi nomer yang berbeda untuk masing-masing siswa. Memberi tugas membuat
rangkuman. Memberi tugas Menyusu pertanyaan dari hasil rangkuman, setelah itu
meminta siswa menukar Pertanyaa hasil
diskusi dengan kolompok lain, setelah selesai menjawab pertanyaan masing – masing
kelompok, guru memanggil salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi. Kegiatan diakhiri dengan memberikan penguatan pada hasil diskusi
(penguatan berupa konsep-konsep penting) dan membimbing siswa menyusun
kesimpulan.
Penelitian ini untuk meningkatkan ketrampilan menyusun pertanyaan
siswa dan prestasi siswa, sehingga kemungkinan menggunakan problem posing dapat
digunakan untuk meningkatkan ketrampilan menyusun pertanyaan dan meningkatkan prestasi
belajar siswa.
B. Rumusan Masalah :
1.
Bagaimana meningkatkan
ketrampilan menyusun pertanyaan siswa kelas VIII D SMP Negeri 3 Batang dapat
meningkat melalui Strategi pembelajaran kooperatif tipe Problem Poseng.
2.
Bagaimanakah meningkatkan
prestasi belajar Biologi siswa kelas VIII D SMP Negeri 3 Batang melalui
Strategi pembelajaran kooperatif tipe Problem Posing.
C. Tujuan Penelitian :
1.
Untuk mengetahui proses
meningkatnya ketrampilan menyusun pertanyaan belajar Biologi melalui Strategi
pembelajaran kooperatif tipe Problem Posing siswa kelas VIII D SMP Negeri 3
Batang
2.
Untuk mengetahui proses
meningkatnya prestasi belajar Biologi melalui Strategi pembelajaran kooperatif
tipe Problem Posing.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran dengan Problem Posing
Pendekatan problem posing merupakan pendekatan yang berbsis
kontruktivistik. Konstuktivistik berasal dari kata to construct yang
berarti membangun atau menyusun. Dengan demikian konstruktivisme merupakan
landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual, yaitu bahwa pengetahun
tidak hanya dari dari guru, melainkan dalam proses pembelajaran, siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibtan aktif dalam proses
pembelajaran. Peran pendidik dalam hal ini guru, hanya mengusahakan bagaimana
agar konsep-konsep penting tertanam
kuat
dalam benak siswa
Dalam pembelajaran konstruktivistik ini, siswa membangun
pengetahuannya sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas. Selain siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, bergelut dengan ide-ide.
Problem Posing berasal dari dua kata yaitu “Problem” dan “Posing”.
“Problem” berarti masalah dan “Posing” berarti mengajukan atau membentuk
(Iskandar, 2004). Dengan demikian, Problem Posing dapat diartikan sebagai
strategi pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat menyusun atau membuat
soal setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.
Menurut Brown dalam Azar (2001) sebagai suatu pendekatan
pembelajaran, problem posing mempunyai beberapa kelebihan diantaranya
adalah (1) dapat meningkatkan kemampuan indidvidu dalam menyelesaikan soal (problem
solving) (2) dapat mengembangkan pengertian dan prepestik yang lebih baik
atau dapat mengembangkan konsep individu (3) dapat membantu mengurangi rasa
cemas dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kemandirian dan motivasi
intrinsik.
Langkah kegiatan pembelajaran Problem Posing tipe 1 menurut
Chotimah (2007) adalah sebagai berikut:
a) Guru menuliskan topik pembelajaran
b) Guru menuliskan tujuan pembelajaran
c) Guru membagi siswa dalam kelompok yang berisi
4-5 orang
d) Guru menugaskan siswa untuk membuat rangkuman
e) Guru menugaskan siswa menyusun pertanyaan dari
hasil rangkuman
f) Pertanyaan yang telah
dibuat diserahkan kekelompok lain yang untuk dicarikan jawabannya
g) Diskusi kelas
h) Guru membimbing penguatan pada diskusi kelas
B. Ketrampilan menyusun pertanyaan.
Proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir yang
mengandung sekumpulan preses mental dari yang sederhana menuju yang komplek Novak
(1985). Aktifitas berpikir yang terdapat dalam proses berpikir menurut Lawson (1979)
dapat dikelompokkan menjadi sepuluh aspek yang dapat dipasang-pasangkan menjadi
lima padanan, yakni mengingat dan mengimajinasi, menggolongkan dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
• Jenis penelitian:Penelitian tindakan Kelas
(PTK)
• Desain PTK mengacu
pada model Kemmis dan M.C.Taggart (1988) yang terdiri atas empat komponen,
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. PTK dilaksanakan dalam
dua siklus
B. Kehadiran Peneliti di Lapangan
Peneliti sebagai perencana, pengajar, pengamat, pelaksana
pengumpulan data, dan pelapor hasil penelitiaan
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas VIII D SMP Negeri 3 Batang, pada
semester II tahun pelajaran 2011/2012. Subjek penelitian 36 orang, yang terdiri
dari 14 laki-laki dan 22 perempuan
D. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang berupa
pertanyaan yang disusun siswa, catatan lapangan, dan tes ulangan yang diberikan
setiap siklus.
Sumber data dalam penelitian ini: adalah guru, siswa, pertanyaan
yang disusun siswa dan skor ulangan harian.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat
disimpulkan:
1. Penerapan model
pembelajaran problem posing dapat meningkatkan ketrampilan menyusun
pertanyaan siswa kelas VIII D SMP Negeri 3 Batang. Ketrampilan menyusun
pertanyaan siswa secara klasikal pada siklus I 73,52%, meningkat menjadi 80,76%
pada siklus II.
2. Penerapan model
pembelajaran problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas VIII D SMP Negeri 3 Batang, Prestasi belajar siswa sebelum siklus I
adalah 62,91 dengan ketuntasan 40% setelah siklus I naik menjadi rata rata
75,97 dengan ketuntasan 88,8% dan setelah siklus II naik lagi menjadi rata-rata
77,28 dengan ketuntasan 100%
B. Saran.
Berdasarkan analisis data, pembahasan, hasil penelitian, maka
disarankan
1. Untuk meningkatkan ketrampilan menyusun pertanyaan dan prestasi
siswa disarankan kepada guru Biologi untuk menggunakan model pembelajaran Problim
Posing
2. Dalam penelitian ini
menemukan beberapa sumber masalah yang menyebabakan dalam roses pembelajaran
terutama pada waktu melakukan kegiatan pratikum 10 supaya guru memperhatikan
atau mengetahui seberapa jauh siswa dapat menggunakan alat – alat laboraturium.
3. Untuk penentuan
kelompok kerja kooperatif guru harus menentukan kelompok secara cermat dan
heterogen, karena pada waktu pelaksanaan diskusi kelompok sering terjadi
kelompok yang terlebih dahulu menyelesaikan tugas akan cenderung membuat gaduh.
Kalau memungkinkan susunan kelompok harus dua laki-laki dan dua perempuan.
Daftar
Pustaka
Mulyati.2005.Strategi
belajar mengajar Kimia. UM Pres
Nickerson,R.S.,et.al.(1985).Larning/HowtoLear.Cambridg:
Campbridge niversity Prees
Depdiknas. 2004. Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Bagi Guru
Martin, Ralph; Sexton,
Colleen; Wagner, Kay; dan Gerlovich, Jack. 1997. Teaching Science for All
Chilldren. Second Edition.Boston: Allyn and Bacon
Susilo, Herawati. 2003. Kerja
Ilmiah: Komunikasi.Modul Pelatihan Terintegrasi Guru-guru Mata Pelajaran Biologi,
Jakarta: Direktorat PLP Depdiknas
Soewolo, Mastini, Ardaning
Sribawani.2007. Penerapan Siklus Belajar kooperatif untuk meningkatkan kerja
ilmiah dan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas
Pujianto. 2008. Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan dalam Penerapan Manejemen Berbasis
Sekolah.. Majalah Media Bulanan Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa
Timur,
Herawati susilo, Husnul
Chotimah, Yuyun Dwita Sari. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai sarana
pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Bayumedia Publihsing
Husnul Chotimah, Yuyun Dwita
Sari.200 Model-Model Pembelajaran Untuk PTK. Yayasan Pendidikan
Universitas Negeri Malang. SMA Laboraturium UM.
Sabirin.2009. Makalah
Problem Posing. (http:// alif dan hamzah.blog spot.com./2009/05.Makalah.html,
diakses 17 Juni 2009)
Hardian.2009.Model
Pembelajaran Problem Posing. (http:// herdyo7.word pres.com, diakses 17
juni 2009)
Ridwan.2009.ketercapaian
Prestasi belajar. (http://ridwan.2002.wordpres.com/2008/05/03,diakses 17 juni 2009)
Surartombs.2009.Pengerian Prestasi Belajar. (http://Surartombs,wordpres.com/2009/01/05, diakses 25 juni 2009)
Jenny.2009 .Analisis
pelaksanaan kurikulum berbasis kopetensi untuk mata pelajarankimia di SMA kota
Tanjung Balai (http:/SMA ae.word pres.com. di akses 25 juni 2009)
Haerul Syam 2009.A
Problem Posing Approach That Have Cooperative Instructional Background to
Increase Mathematics Instructional Effectiveness. (http://karya-ilmiah.Um.ac.Id/indek.Pkp/indek/disertasi/artikel/view/863)
0 komentar:
Posting Komentar